Di
Indonesia sendiri virus Singapura telah berjangkit di beberapa daerah,
antara lain di Solo di mana 130 warganya terinfeksi dan sebagian besar
adalah pelajar Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. Sementara di Jakarta penyakit menular tersebut sudah
berjangkit di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Bekasi. Namun
Wakil Gubernur dan Walikota Jakarta Selatan membantah keras adanya virus
Singapura di wilayahnya walau kenyataannya memang telah ada beberapa
anak di Rumah Sakit Pasar Rebo yang dirawat akibat virus yang berasal
dari negara tetangga tersebut.
Virus Singapura
memang bukan penyakit berbahaya karena sejauh ini belum ada korban jiwa.
Dari kasus yang ada, penderitanya dapat kembali sehat seperti semula
setelah menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. Tapi karena
virus ini begitu mudah menular di kalangan anak-anak, tentu saja mudah
memancing kepanikan orang tua. Proses belajar di sekolah otomatis juga
terganggu.
Asal tahu saja, virus ini mudah menular
hanya dengan kontak fisik atau jika seorang anak bermain terlalu lama
dengan penderita. Terlebih lagi pada anak usia di bawah lima tahun
(balita) yang sistem kekebalan tubunya masih rapuh.
Rasa Ngilu
Berasa
ngilu dan nyeri pada tangan, kaki dan mulut adalah gejala yang
sebaiknya diwaspadai sebagai serangan virus Singapura. Biasanya diikuti
dengan timbulnya bintik-bintik merah berisi cairan di seputar mulut.
Virus ini juga menyebabkan rasa perih pada bintik tersebut.
Anak-anak
akan cenderung menggaruk bintik merah ini tanpa pikir panjang.
Akibatnya, akan terjadi luka. Pada kondisi selanjutnya yang lebih parah
adalah ketika si anak mendadak jadi lemah fisik dan kehilangan nafsu
makan.
Masa inkubasi penyakit baru ini berkisar
antara tiga hingga empat hari. Dari kasus yang sudah ditemui biasanya
penderita akan sembuh dalam waktu tujuh sampai 10 hari, itu pun jika si
anak dalam kondisi tubuh yang baik.
Namun jika
tidak dan dibiarkan berlanjut bisa menyerang paru-paru dan otak. Tentu
saja pada taraf ini ada kemungkinan bisa menyebabkan kematian. Yang
paling mengerikan adalah penyakit yang baru saja timbul ini belum ada
obat penangkalnya.
Umar Fahmi Achmadi,
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Penduduk, Departemen Kesehatan mengatakan bahwa sesungguhnya
penyakit ini sudah pernah ada di dunia. Karena Singapura menjadi tempat
terjangkitnya kembali virus menular ini maka pemerintah negara jiran itu
terlalu melebih-lebihkannya.
Umar juga
menyarankan agar masyarakat tidak terlalu panik dan jika memang
diketahui anaknya mengidap gejala penyakit ini sebaiknya segera
menjalani perawatan dan tidak bersekolah untuk mencegah penularan ke
anak lain.
Dokter spesialis anak Jose Batubara
turut membenarkan pernyataan Umar. “Sesungguhnya virus Singapura bukan
berasal dari Singapura seperti yang banyak diduga orang. Penyakit ini
sebenarnya sudah lama ada hanya saja kini kembali berjangkit dan
Singapura menjadi tempat yang paling banyak penderitanya. Oleh karena
itulah virus ini dijuluki dengan nama virus Singapura.”
Kepala
Ikatan Dokter Anak Indonesia ini juga menyinggung bahwa anak-anak di
belahan dunia mana pun mempunyai risiko terkena wabah virus ini, bukan
hanya sekitar Asia Tenggara. Memang obat penangkalnya belum diketemukan
tapi ini adalah jenis penyakit semacam flu yang akan sembuh dengan
sendirinya. Mengenai kemungkinan memakan korban jiwa sangat kecil,
kecuali jika si pasien memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah.
“Yang
patut dikhawatirkan adalah dampak dari penyakit ini yang menyebabkan
kehilangan nafsu makan dan minum. Seorang anak yang dalam masa
pertumbuhan bisa mengalami dehidrasi parah jika sama sekali tak mau
makan dan minum. Oleh karena itu penderita harus segera mendapat
perawatan jika sudah diketahui menderita gejala penyakit ini,” ujar Jose
lebih lanjut.
Penderita juga tidak harus
menjalani rawat inap di rumah sakit jika gejalanya masih berupa rasa
perih sekitar tangan, kaki dan mulut. Kalau mulai diserang demam maka
segera diberi obat turun panas biasa. Namun patut diwaspadai kalau si
anak sama sekali tak mau makan yang tentu saja bisa berakibat munculnya
penyakit lain seperti masuk angin, maag, dehidrasi, atau kekurangan
gizi.
Singapura Sangat Tanggap
Tapi
pernyataan Jose maupun Umar sendiri perlu disangsikan mengingat kasus
penyakit ini begitu marak di beberapa negara tetangga. Di Singapura
sendiri virus ini telah menyebabkan kematian tiga orang anak, masing
masing berusia 14 bulan dan dua tahun. Bahkan pemerintah Singapura telah
melakukan penutupan sarana umum seperti restoran cepat saji, taman
kanak-kanak, dan semua tempat yang memiliki sarana bermain untuk
sementara waktu.
Di negara berpenduduk 3, 2 juta
jiwa itu sendiri telah ditemukan 363 kasus wabah virus Singapura sejak
pertengahan September lalu. Sementara di Taiwan, 50 anak tewas pada
tahun 1998 akibat virus yang sama.
Di Serawak,
Malaysia virus ini memakan korban 30 nyawa anak-anak. Hingga tahun lalu
di Johor, Malaysia tercatat sudah lebih dari 200 kasus berjangkit akibat
virus ini.
Cukup mengerikan jika penyakit
mematikan ini disikapi secara dingin oleh pemerintah. Terlebih korban
dari penyakit itu adalah anak-anak belia, pemilik masa depan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar